Teknologi

Pakar Digital Forensik UII Tekankan Pentingnya Keamanan Siber bagi Jurnalis

Pakar Digital Forensik UII Yudi Prayudi

Yogyakarta – Kepala Pusat Studi Forensik Digital (PUSFID) Universitas Islam Indonesia (UII).Yudi Prayudi menekankan pentingnya keamanan digital bagi para jurnalis. Yudi mengingatkan bahwa keamanan siber bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal perilaku.

“Di era digital yang semakin kompleks, ancaman terhadap keamanan data bukan lagi sekadar wacana, tetapi kenyataan yang harus dihadapi dengan kesadaran dan keterampilan memadai,” kata dia di sela memberikan “Workshop Singkat Keamanan Data bagi Jurnalis” di Fakultas Teknologi Industri ( FTI) UII, Senin, (4/8/2025).

Kegiatan ini diikuti oleh puluhan jurnalis dari berbagai media di Daerah Istimewa Yogyakarta. Workshop ini dirancang sebagai bentuk kepedulian terhadap perlindungan data pribadi dan profesional para jurnalis.

Menurutnya, jurnalis merupakan profesi yang kerap menjadi sasaran empuk serangan siber karena akses dan perannya yang vital dalam penyebaran informasi. Dengan pendekatan yang aplikatif, PUSFID menekankan bahwa keamanan digital bukan semata soal perangkat lunak dan teknologi canggih, melainkan juga soal perilaku pengguna.

Dalam banyak kasus, kerentanan justru muncul bukan dari sistemnya, melainkan dari kelalaian penggunanya. Seperti penggunaan password yang lemah, satu email untuk semua akun, hingga abai terhadap fitur keamanan tambahan.

“Maka dari itu, pelatihan ini menitikberatkan pada perubahan kebiasaan digital yang lebih aman dan cerdas,” ungkapnya.

Dosen Jurusan Informatika FTI UII itu memberikan materi praktis dan relevan. Para peserta dibekali berbagai keterampilan dasar namun krusial, seperti memeriksa kebocoran data pribadi melalui situs HaveIBeenPwned.com, menguji dan memperkuat password serta menggunakan aplikasi password manager untuk menyimpan kata sandi dengan aman.

Kemudian, mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA) sebagai lapisan pertahanan tambahan terhadap peretasan akun, serta strategi pemisahan email berdasarkan fungsi.

Yakni, official email untuk urusan pekerjaan, banking email untuk transaksi keuangan, sosial media email untuk aktivitas digital, dan email lain untuk kebutuhan umum.

“Konsep ini bertujuan untuk membatasi dampak jika satu akun mengalami kebocoran data, sehingga tidak menjalar ke akun-akun penting lainnya,” terang Yudi.

Selain itu, peserta juga diajak memahami pentingnya memilih jenis identitas dalam dunia maya, apakah menggunakan nama asli (real identity), nama samaran (pseudonim), atau sepenuhnya anonim. Setiap pilihan memiliki konsekuensi hukum tersendiri, terutama saat berinteraksi di ruang digital yang rentan terhadap penyebaran informasi, pelanggaran privasi, hingga tindak kejahatan siber.

Yudi menambahkan, PUSFID UII ingin mengingatkan bahwa keamanan siber bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal perilaku. Bahkan sistem yang terenkripsi pun bisa ditembus jika penggunanya lalai, oleh karena itu, penguatan literasi digital, khususnya bagi jurnalis yang berada di garis depan dalam ekosistem informasi, merupakan investasi strategis untuk membangun ketahanan siber nasional.

“Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen berkelanjutan PUSFID UII dalam membangun budaya keamanan digital yang kuat di berbagai sektor, mulai dari media, pendidikan, pemerintahan, hingga masyarakat umum. Harapannya, para peserta tidak hanya membawa pulang pengetahuan, tetapi juga semangat baru untuk menerapkan praktik keamanan data yang lebih disiplin dalam kehidupan digital sehari-hari,” urainya.

Dr. Yudi Prayudi, M.Kom, dosen dan pakar digital forensik dari Universitas Islam Indonesia (UII) ini, menerima pengakuan internasional sebagai Senior Member dari IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) sejak April 2024. Pengakuan ini menandai pencapaian bergengsi yang hanya diberikan kepada profesional dengan pengalaman minimal 10 tahun dan berkontribusi signifikan dalam bidang teknik atau teknologi.

Plakat resmi dari IEEE diterima pada Juli 2025, menjadi simbol pengukuhan statusnya sebagai anggota senior, sekaligus menjadikannya dosen pertama di UII yang mencapai jenjang tersebut. Dr. Yudi saat ini menjabat sebagai Ketua Konsentrasi Forensika Digital Magister Informatika UII dan Direktur Pusat Studi Forensika Digital (PUSFID) UII.

Dengan latar belakang akademik dari UGM dan ITS, Dr. Yudi telah menerbitkan lebih dari 200 makalah, aktif sebagai reviewer jurnal bereputasi, serta berperan sebagai asesor laboratorium digital forensik sejak 2017. Ia juga menjadi saksi ahli dalam lebih dari 250 kasus hukum terkait bukti digital, dan rutin menjadi pembicara nasional di bidang keamanan siber. 

Pencapaian ini ia dedikasikan kepada para kolega dan profesor yang mendukung proses seleksi, serta menjadi dorongan baginya untuk memperluas kolaborasi global dan memperkuat kontribusi Indonesia di kancah forensika digital dunia. (dri).

Shares:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *