Pendidikan

Untag Surabaya Gelar Seminar Kebangsaan Peringati Bulan Bung Karno

Seminar Kebangsaan Untag Surabaya. Dok.Istimewa

Surabaya – Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Dikenal sebagai Kampus Nasionalis, Untag Surabaya berupaya menjadikan pemikiran Bung Karno sebagai landasan untuk membentuk karakter, kepribadian, dan wawasan kebangsaan yang kuat, terutama bagi generasi muda. Selain itu Untag Surabaya juga memiliki peran strategis dalam menanamkan dan memperkuat pemahaman serta pengamalan nilai-nilai Pancasila di kalangan sivitas akademiknya.

Dilatarbelakangi hal tersebut Untag Surabaya secara konsisten memperingati Bulan Bung Karno setiap bulan Juni dengan berbagai kegiatan menarik. Salah satu kegiatan tersebut adalah Seminar Nasional Kebangsaan bertajuk ‘Merajut Kembali Keindonesiaan’ yang diadakan oleh MKU (Mata Kuliah Umum) Untag Surabaya. Yang berlangsung Seminar ini di Auditorium lantai enam Gedung R. Ing. Soekonjono.

Rektor Untag Surabaya – Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA, menegaskan dalam sambutannya bahwa semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ merupakan keunggulan bangsa Indonesia. Menurutnya, meski memiliki berbagai perbedaan suku dan budaya, hal ini harus terus dirajut untuk mempersiapkan Indonesia Emas 2045.

“Dengan merajut perbedaan suku dan budaya, Indonesia dapat memperkuat fondasi persatuan dan kesatuan serta mewujudkan pembangunan yang adil dan merata. Ini menjadi landasan kuat bagi kita untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ujarnya. Kamis(6-6-2024)

Seminar Kebangsaan ini menghadirkan dua pembicara yang kompeten di bidangnya, yakni Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Yogyakarta – Drs. Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D., dan Sang penulis buku ‘Merahnya Ajaran Sukarno, Narasi Pembebasan Ala Indonesia’ – Airlangga Pribadi Kusman, S.IP., M.Si., Ph.D.

BACA JUGA : Webinar Sistekin Untag Surabaya dan Universiti Malaysia Perlis Bahas Network Security

Menurut Agus, pendidikan dan pembelajaran Pancasila perlu didorong agar lebih dikenal oleh generasi muda. Jika sektor ini lemah, yang menjadi taruhan adalah kelangsungan Republik Indonesia. “Pendidikan moral harus berjalan secara natural berdasarkan konteks dan pengalaman. Oleh karena itu, kita perlu menghindari indoktrinasi karena demokrasi membutuhkan warga negara dengan kesadaran kritis, termasuk dalam mencerna pilihan-pilihan moral dan etik,” jelasnya.

Di sisi lain, Airlangga berpendapat bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis kepemimpinan, sehingga integritas dan etika sangat penting bagi para penyelenggara negara. “Penting untuk memiliki pemahaman berdasarkan analisis terkait masalah ekonomi politik serta pijakan politisnya. Selain itu, penting juga menggali gagasan dan pemikiran Bung Karno di era digital seperti sekarang,” tutupnya.(Adm)

Shares:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *