Pendidikan

Laboraturium Indoor dan Outdoor Maksimalkan Kreativitas Mahasiswa Arsitektur Untag Surabaya

Civitas Akademik Pantau Fasilitas Lab Prodi Arsitektur Untag Surabaya. Dok.Istimewa.

Surabaya – Seiring dengan penerapannya Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka dewasa ini, menuntut civitas kampus dalam memfasilitasi maksimal proses pembelajaran baik teori maupun praktikum bagi mahasiswa guna menunjang prestasi dan menstimulus inovasi dan daya kreativitas mahasiswa.

Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Program Studi (Prodi) Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.Fasilitas laboratorium Program Studi (Prodi) Arsitektur Untag Surabaya berperan krusial dalam mendukung pembelajaran mahasiswa dan mengintegrasikan pengetahuan mereka dengan kebutuhan masyarakat.

Program Studi Arsitektur memiliki empat jenis laboratorium, yaitu Lab Pemukiman, Perancangan Kota dan Lanskap, Lab Sains, Struktur, dan Budaya Arsitektur, Lab Arsitektur Digital, serta Lab Perancangan Akhir.Praktikum tidak hanya terbatas pada laboratorium dalam ruangan (indoor) tetapi juga melibatkan laboratorium di luar ruangan (outdoor).

Outdoor class atau yang dikenal sebagai Moving Studio menjadi kegiatan praktik yang melibatkan mahasiswa langsung berinteraksi dengan masyarakat di luar lingkungan kampus.

KaLab Pemukiman, Perancangan Kota dan Lanskap, Dr. Ir. R.A. Retno Hastijanti, MT., menjelaskan bahwa mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam masyarakat. “Saat ini terdapat tujuh kampung, seperti Kampung Maspati, Peneleh, Candi Rejo Genteng, Ketandan, Tambak Sumur, Jambangan, dan Simoketawang, menjadi outdoor lab untuk kegiatan lapangan seperti simulasi untuk FGD, pemetaan kampung, dan stakeholder mapping,” tukasnya.

Lebih lanjut Ia menekankan bahwa kerjasama dengan kampung-kampung tersebut mencerminkan pendekatan Outcome-Based Education (OBE) dengan pemberdayaan masyarakat. “Mahasiswa diajak berhadapan dengan kasus di masyarakat dan mencari solusi yang dapat diterapkan. Ini menegaskan bahwa produk arsitektur harus dapat diterima oleh masyarakat, dan hal ini diuji melalui konfirmasi dengan lab di luar kampus yang melibatkan aspek sosial,”Jelasnya.(19/1)

BACA JUGA : Hadapi Era Transformasi Digital Fakultas Teknik Untag Surabaya Manfaatkan Teknologi Artificial Intelligence

Sementara itu, penting untuk menegaskan bahwa produk arsitektur harus dapat diterima oleh masyarakat, dan hal ini diuji melalui konfirmasi dengan laboratorium di luar kampus yang melibatkan aspek sosial. Kepala Laboratorium (KaLab) Sains, Struktur, dan Budaya Arsitektur (SSB), Dr. Ir. Ibrahim Tohar, MT., menjelaskan bahwa terdapat tiga kegiatan utama dalam praktik Lab. SSB.

“Terdapat tiga kegiatan utama dalam Lab. SSB. Pertama, melibatkan struktur konstruksi bangunan, mencakup konstruksi dasar, struktur bentang lebar, dan struktur bangunan tinggi. Kedua, melibatkan pendekatan budaya atau arsitektur tradisional. Dan ketiga, fokus pada building science,” jelasnya.

Ketiga aspek ini merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan saling berkesinambungan dalam ranah arsitektur secara keseluruhan. “Itu adalah tiga aspek besar yang terintegrasi, karena kita melihatnya secara holistik. Keseluruhan arsitektur merupakan bagian dari konsep tersebut, saling berkesinambungan mulai dari aspek budaya, munculnya produk, hingga pengembangan sistem struktur dan penerapan ilmu bangunan,” tandas KaLab SSB.

Diharapkan dengan metode pembelajaran dan praktikum tersebut dapat memberikan semangat dalam berinovasi bagi pengembangan ilmu arsitektur Di Indonesia.

Shares:

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *