Hobi

Tim Dosen PCU Inovasikan Mesin Pengayak Rajangan Sampah

Tim Hibah PCU Bersama Warga Mojotrisno Saat Mencoba Alat Pengayak Rajangan Sampah.

Surabaya – Tiga dosen di PCU (Petra Christian University) yakni, Amelia, S.T., M.T., dari Sustainable Mechanical Engineering and Design, Dr. Njo Anastasia, S.E., M.T., dari Finance and Investment dan Drs. Jani Rahardjo, MBA., Tech., PH.D., berkolaborasi berinovasi membuat Mesin Pengayak Rajangan Sampah yang di hibahkan melalui Pengabdian Masyarakat hasil hibah LLDIKTI (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) Wilayah VII, ke Desa Mojotrisno, Mojokerto.

Hal tersebut didasarkan masalah Indonesia darurat sampah. Permasalahan sampah baik itu sampah basah atau kering sudah menjadi masalah global, termasuk di salah satu daerah di Indonesia yaitu Desa Mojotrisno. Setiap harinya di desa tersebut, sampah basah atau keringnya mencapai 720 kilogram/hari dan sangat berpotensi untuk diolah jadi pupuk organik dan bahkan memberikan nilai tambah secara ekonomi.

“Kegiatan ini memanfaatkan hibah LLDIKTI Wilayah VII yang kami peroleh sebesar sebesar Rp 50 juta. Sebelumnya kami telah melakukan survei ke Desa Mojotrisno, mereka tidak mempunyai mesin pengayak ini. Jadi ini sesuai dengan kebutuhan para warga.” kata Amelia selaku ketua hibah.

Amelia menambahkan, alat ini telah berada di desa Mojotrisno sejak 14 Oktober 2023 yang lalu. Berbeda dengan alat pengayak pada umumnya, alat pengayak yang diberikan ini memperhatikan K3 atau Keselamatan dan Keselamatan Kerja.

“Caranya, kami menambahkan cover agar hasil ayakan tidak mengganggu kesehatan para pekerja juga. Serta melindungi pekerja dari putaran mesin dan barang-barang yang mungkin lompat dari ayakan,” tambah Jani selaku anggota tim hibah.

Berdasarkan survei, desa ini masih membutuhkan mesin pengayak yang biasa digunakan untuk meningkatkan produktivitas proses produksi pupuk organik. Untuk pengelolaan sampah dalam jumlah besar, warga Desa Mojotrisno belum memiliki kemampuan dalam pengelolaan pupuk baik dari sisi teknik (proses produksi) dan manajemen usaha (peningkatan produktivitas dan laporan keuangan).

Maka dari itu, tak hanya memberikan alat saja, tim hibah ini juga melakukan pendampingan secara operasional terkait penggunaan dan pemeliharaan alat serta pelatihan manajemen. Mesin pengayak yang berkapasitas 50 kilogram/jam ini mampu melakukan pengayakan dengan ukuran maksimal 5 mm.

Sedangkan di Desa Mojotrisno, sampah yang paling banyak ialah daun bambu. Butuh waktu tiga minggu untuk mengolah sampah daun bambu, mulai dari proses penghancuran, fermentasi, untuk kemudian diayak.

Shares:

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *