Berbagai media nasional maupun internasional tak luput dalam pemberitaan perang yang terjadi Di Timur Tengah, tepatnya Di Jalur Gaza, antara Palestina dan Israel. Banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, juga menjadi atensi sendiri bagi elit tokoh dunia yang mencoba untuk menyetop perang.
Tak ketinggalan Indonesia, yang terbaru melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam Sidang Majelis Umum PBB tentang Palestina, yang berlansgung pada Kamis 26 Oktober 2023 lalu. Dalam kesempatan tersebut, Menlu RI Retno menyampaikan bahwa Indonesia mengedepankan penghindaran pada pembunuhan warga sipil tetap dikedepankan. Ia juga meminta agar bantuan kemanusiaan dapat diizinkan masuk ke Gaza dengan mudah dan cepat.
“Saya berdiri di hadapan Majelis Umum PBB tentang Palestina (26/10), tidak hanya sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia, tetapi juga sebagai seorang perempuan, seorang ibu, seorang nenek… dan untuk membela keadilan & kemanusiaan,” ujar diplomat top RI itu dalam akun Twitter resmi.
Data terbaru yang dikutip dari Associated Press (AP), hingga Minggu (29/10/2023), jumlah korban tewas akibat gempuran Israel ke Gaza Palestina mencapai 8.005 orang dan melukai lebih dari 20.200 orang lainnya. Yang sangat memprihatinkan, sebagian besar korban tewas di Gaza merupakan anak-anak dan perempuan. Tidak hanya itu , data juga menunjukkan, jumlah korban tewas di Tepi Barat Palestina sejak perang pecah juga bertambah menjadi 116 orang dan 2.000 orang lainnya terluka. Sementara itu di sisi Israel sendiri korban tewas sebanyak 1.400 orang dan lebih dari 5.000 orang lainnya luka luka.
Tentu data di atas tidak hanya sekedar deretan angka tak berarti. Mereka yang gugur atau menjadi korban tewas dalam konflik ini tentu menambah panjang derita masyarakat yang menjadi korban konflik yang telah berlangsung lebih dari Seabad.
Lantas seperti apa awal mula konflik antara Palestina dan Israel tersebut kami mencoba merangkumnya dari beberapa situs ternama di bawah ini.
Dikutip dari theconversation : “Israel” pertama kali muncul menjelang akhir abad ke-13 SM dalam Prasasti Merneptah di Mesir, yang tampaknya merujuk pada suatu bangsa (bukan suatu tempat) yang mendiami wilayah yang saat itu disebut “Kanaan”. Beberapa abad kemudian di wilayah tersebut, kita menemukan dua kerajaan bersaudara: Israel dan Yehuda (asal mula istilah “Yahudi”).
Sementara itu “Palestina” Pada tahun 135 M, setelah pemberontakan Yahudi yang gagal, Kaisar Romawi Hadrianus mengusir orang-orang Yahudi dari Yerusalem dan menetapkan bahwa kota itu dan wilayah sekitarnya menjadi bagian dari entitas yang lebih besar yang disebut “Suriah-Palestina.” “Palestina” diambil dari nama wilayah pesisir Filistin kuno, musuh-musuh bangsa Israel (nenek moyang orang Yahudi). Setelah penaklukan Islam atas Timur Tengah pada abad ketujuh, orang-orang Arab mulai bermukim di wilayah yang dulunya bernama “Palestina”. Terlepas dari sekitar 90 tahun dominasi Tentara Salib, tanah itu berada di bawah kendali Muslim selama kurang dari 1.200 tahun. Meskipun pemukiman Yahudi juga tetap ada, populasinya sebagian besar adalah orang Arab.
“Lantas Bagaimana Konflik Palestina dan Israel bermula ?”
Data yang dikutip dari BBC News Indonesia menjabarkan pada tahun 1917, Inggris menguasai wilayah yang dikenal sebagai Palestina setelah mengalahkan Kesultanan Ottoman, penguasa wilayah Timur Tengah dalam Perang Dunia Pertama. Sebagian besar wilayah tersebut dihuni oleh minoritas Yahudi dan mayoritas Arab, serta kelompok etnis lainnya yang jumlahnya lebih sedikit.
Sampai pada akhirnya ketegangan antara kedua etnis yang tinggal di wilayah itu meningkat, sehingga komunitas internasional memberi tugas kepada Inggris untuk mendirikan “rumah nasional” bagi orang Yahudi di Palestina.
Adanya keputusan rumah nasional ini merujuk pada Deklarasi Balfour yang merupakan kesepakatan antara Menteri Luar Negeri Inggris yang menjabat saat itu, Arthur Balfour, dengan komunitas Yahudi di Inggris, dan ditandatangani pada 1917.
Deklarasi ini diabadikan dalam mandat Inggris atas Palestina dan didukung oleh Liga Bangsa-Bangsa yang baru dibentuk pada 1922. Dan menjadi cikal bakal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) .
Bagi orang-orang Yahudi, Palestina adalah rumah bagi leluhur mereka, namun komunitas Arab di Palestina juga mengeklaim wilayah tersebut dan menentang klaim sepihak komunitas Yahudi di sana.
Berlanjut ke rentang tahun 1920-an hingga 1940-an, dimana jumlah orang Yahudi yang tiba Di Palestina terus bertambah. Banyak dari mereka melarikan diri dari persekusi yang mereka alami di Eropa, salah satunya holokos yang dilakukan Nazi di Jerman dan sekitarnya pada Perang Dunia Kedua.
Pertikaian antara komunitas Yahudi dan Arab, serta pemerintahan Inggris, juga meningkat. Hingga pada 1947, PBB melakukan pemungutan suara dan memutuskan membagi Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab. Adapun Yerusalem ditetapkan sebagai kota internasional.
Kota Yerusalem sendiri memiliki arti penting bagi para pemeluk agama di wilayah tersebut baik Islam,Kristen mapun Yahudi, yang sama sama menganggap Yerussalem sebagai kota suci. Hal tersebut berdasarkan Situs atau tempat keagaamaan seperti ,Umat Islam memiliki Masjid Al-Aqsa dan Kompleks Kubah Batu. Sedangkan bagi Yahudi, tempat tersebut diyakini sebagai bangunan kuil Yahudi pertama yang pernah ada. Selain itu ada juga tempat bernama Tembok Ratapan atau biasa dikenal Western Wall. Berdasarkan data yang dikutip dari Sindonews.
Selanjutnya Berdasarkan data VoaIndonesia menjabarkan Palestina dibagi menjadi negara bangsa Yahudi dan negara bangsa Arab melalui Resolusi PBB 181.Dalam pembagian tersebut, Tepi Barat – termasuk Yerusalem timur – diserahkan kepada Yordania, sementara Jalur Gaza kepada Mesir. Disisi lain Negara Israel akhirnya terbentuk pada 14 Mei 1948, memicu perang selama delapan bulan dengan negara-negara Arab. Dampaknya luar biasa ,dimana lebih dari 400 desa Palestina dihancurkan oleh pasukan Israel dan sekitar 760.000 pengungsi Palestina melarikan diri ke Tepi Barat, Gaza dan negara-negara Arab yang bertetangga. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pun berdiri pada 1964.
Mulai dari sinilah peperangan terus berlanjut beberapa momen perang besar kami rangkum mulai dari periode 1967 hingga 1973, dimana dalam perang tersebut Israel mengalahkan Mesir, Yordania dan Suriah dan berhasil menduduki Yerusalem Timur,Tepi Barat,Jalur Gaza dan Dataran Tinggi Golan.
Selanjutnya tahun 1982 dimana Israel menginvasi Lebanon untuk menyerang militan Palestina. Milisi Kristen Lebanon yang didukung Israel membunuh ratusan orang Palestina di kamp-kamp pengungsi di Beirut.
Lanjut ke rentang tahun 1987 hingga 1993 terjadi Intifada pertama atau pemberontakan bangsa Palestina melawan pemerintahan Israel.
Intifada kedua akhirnya kembali pecah di rentang tahun 2000 hingga 2005 yang dipicu oleh kejadian Pada September 2000, pemimpin oposisi sayap kanan Israel yang nantinya akan menjadi perdana menteri negara itu, Ariel Sharon, mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem timur, yang merupakan situs suci umat Islam dan Yahudi, yang menyebutnya dengan nama Bukit Bait Suci (Temple Mount)
Peperangan Gaza mulai pecah di tahun 2007 terus menerus berlanjut hingga 2014 dimana, Israel meluncurkan operasi barunya melawan Gaza untuk menghentikan tembakan rudal dari wilayah tersebut. Lebih dari 1.400 warga sipil Palestina tewas, sementara di pihak Israel enam warga sipil tewas, menurut data PBB.
Pemantik Perang selanjutnya yakni terjadi di tahun 2017. Dimana Presiden Amerika Serikat ke 45 Donald Trump di 6 Desember 2017 mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang memicu amarah warga Palestina dan kritik dari dunia Intrernasional.
Sempat mereda, namun kemudian gejolak baru Gaza antara Palestina dan Israel kembali memanas pada 10 Mei 2021, setelah terjadi ketegangan selama beberapa hari di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem timur, Hamas menembakkan rudal ke Israel, yang dibalas dengan serangan udara mematikan di Jalur Gaza.Perang selama 11 hari kemudian terjadi antara Hamas dan Israel, di mana banyak orang tewas. Pada Agustus 2022, pertempuran selama tiga hari terjadi di antara Israel dan Jihad Islam, di mana para pemimpin militer kelompok itu tewas. Hingga yang terbaru saat ini Oktober 2023 kembali pecah perang, Hamas melakukan penyerangan kepada Israel pada tanggal 7 Oktober 2023. Hamas melakukan penyerangan dengan cara meluncurkan ribuan roket. Israel menanggapi penyerangan ini dengan mendeklarasikan waspada perang. Israel melakukan serangan balasan melalui jalur Gaza.
Sungguh belum diketahui akan sampai kapan konflik ini akan berakhir. Dunia Internasional dari berbagai aspek juga terus menyuarakan perdamaian dan genjatan senjata, guna meminimlisir jatuhnya lebih banyak korban jiwa dari kalangan masyarakat awam. (spt)